Inemtoto - Perkenalkan namaku Erlang, aku seorang
Pria yang sudah beristri, aku akan membagikan sedikit cerita skandalku dengam
kakak iparku sendiri. Sudah menjadi kebiasaanku bersetubuh dengan wanita yang
usianya lebih tua dariku. Kakak iparku yang pendiam dan agak islamik ini memang
sangat membuat aku penasaran. Entah kerasukan setan mana hingga aku bisa
tergiur dengan kakak iparku yang bisa dibilang dia adalah orang alim.
Awal mula kejadian ini terjadi ketika suatu hari
dirumahku kedatangan tamu dari Jambi. Tamu itu ternyata adalah kakak tertua
dari istriku yang bernama Anggi. Dia datang ke Jakarta dikarenakan tugas dari
kantornya untuk ikut seminar di kantor pusat sebuah perusahaan pemerintah.
Anggi ini mempunyai jabatan sebagai kepala cabang di Jambi.
Sampai pada akhirnya Anggi memutuskan untuk menginap
dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan uang hotelnya disimpan
untuk beli buah tangan. Anggi tinggal dirumahku selama 10 hari. Usia Anggi saat
ini 38 tahun, status dia kebetulan adalah seorang Janda. Dia menjanda bukan
karena keinginannya, tetapi karena suaminya telah meningal 1 tahun yang lalu
karena sebuah kecelakaan.
Anggi ini orangnya cantik, berkulit putih, dan
mempunyai tinggi yang proposional. Lebih tepatnya kubilang anggun karena
orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di tinggal dirumahku,
setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Anggi untuk berjalan-jalanm,
maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta. Kami berencana weekend ini akan
pergi ke Ragunan.
Sammpai pada akhirnya tibalah Weekend yang kami
nantikan. Tidak disangka rencana kamipun gagal, istriku ternyata punya tugas
mendadak dari kantor. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku
mengusulkan agar aku tetap mengantar Anggi jalan-jalan misalkan ke Ancol saja
dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua.
Sebenarnya aku agak malas kalau pergi tanpa istriku.
Bukan karena malas mengantar, tetapi aku merasa kaku jika harus jalan berdua
dengan Anggi karena orangnya pendiam. Akupun menduga Anggi pasti tidak mau,
tapi ternyata dugaanku salah, Anggi ternyata setuju dengan ide dari istriku.
Ketika itu pagi-pagi sekali istriku berangkat kerja
dengan naik kereta listrik (KRL) dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang
didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Anggi
yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok.
Kami berencana jalan jam 10 pagi.
Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran
di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini.
Anggi Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia
keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan
Anggi. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.
Aku mengatur jebakan untuk memancing Anggi. Aku
buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan mengenakan handuk aku
menunggu kepulangan Anggi dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu
dibalik horden dan kulihat Anggi memasuki pagar depan dengan pintu besi yang
agak berderit.
Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak
terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk
mengejutkan Anggi. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar
kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat
penerangan jelas.
Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup.
Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Anggi melewati
kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan Penisku yang sedari tadi berdiri
tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah
sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas.
Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari
kehadiran Anggi. Dari balik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang
sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Anggi pasti melihat tubuhku yang polos
dengan jAnggior yang tegak berdiri. Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati
dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini
seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak.
Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan
berpura-pura tak tau kalau ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku
merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok
ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.
“ Upzzz… ma… maaf ya Anggi, aku kira nggak ada
orang, ” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu.
Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang
menantang. Malah kubiarkan Anggi terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat
kearahnya. Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Anggi dan
sekali lagi memohon maaf.
“ Maaf ya Anggi, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak
sadar kalau ada tamu dirumah ini, ” kataku sambil berdiri didepan pintu mau
menutup daun pintu.
Tiba-tiba seperti tersadar Anggi bergegas
meninggalkanku sambil berkata,
“ i…i…iya , tidak apa-apa….. ”. Dia langsung masuk
ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku.
Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan
mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Anggi,
“ Ada apa Erlang, ” ujar Anggi setelah membuka
pintu.
Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu.
Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan.
“ Anggi, maafkan Erlang ya…aku lupa kalau ada tamu
dirumah ini, ” kataku merangkai obrolan biar nyambung.
“ Nggak papa kok, cuma Anggi malu hati, sungguh
Anggi malu melihat kamu telanjang tadi, ” balasnya tanpa mau menatap aku.
“ Kenapa mesti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi
Anggi kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak
seperti itu, ” kataku memancing reaksinya.
“ Sejujurnya Anggi tadi kaget setengah mati melihat
kamu begitu. Yang Anggi malu, tanpa sadar Anggi terpaku didepan kamarmu. Jujur
aja Anggi sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Anggi seperti terpana, ”
katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.
Aku jadi ngak tega. Kudekati Anggi dan kuberanikan
memegang pundaknua seraya menenangkannya.
“ Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang
tau. ” ucapku,
Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani
duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama
tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi
aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk.
Ketika Anggi sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk
erat, Anggi diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih
kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan
tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku
yang mendarat dibibirnya.
“ Jangan Lang…dosa, ” katanya sambil melepaskan diri
dari pelukanku.
Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal
yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Anggi sudah menyerah. Bibirnya
dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan
dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung
pada sasaran, puting susu sebelah kiri. Anggi menggeliat.
Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik.
Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita
ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya,
semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan.
Seperti dicocok hidungnya Anggi menurut saja dengan
apa yang kulakukan terhadapnya. Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang
trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya, Anggi diam saja. Kubopong
tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku, Anggi masih
diam.
Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung
kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya,
payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah, pusarnya kukorek
dengan lidahku, turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat
terus sampai keujung jempol kaki.
Aku tidak merasa jijik karena tubuh Anggi yang putih
bersih sangat membangkitkan gairah. Kukangkangkan kakinya, Anggi masih diam
saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya.
Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Anggi
tiba-tiba berteriak ,
“ Ahhhhhhhh…….. ”
“ Kenapa Anggi… Sakit?, ” tanyaku.
Anggi hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat
vagina itu kulanjutkan. Anggi menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung.
“ Erlang… ayo Erlang… jangan siksa aku dengan
nikmat, ayo Erlang tuntaskan… Anggi udah nggak tahan, ” katanya.
Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi
lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan Penisku kelobah surganya
yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang
melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur
dari aktifitas.
Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan
masuk. Anggi semakin menggelinjang. Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi,
tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme ,
gerakan pantatku semakin cepat dan kencang.
Anggi meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa
ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu
dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang,
“ Ahhhhhhhhhhhhhhhh……., ” lolongan panjangnya
menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.
Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya
dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku.
“ Jangan keluarin didalam… aku lagi subur, ”
suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya,
“ Baik Anggi cantik, Erlang keluarin diluar ya, ”
Ucapku,
Balasku sambil kembali memasukkan JAnggior ku yang
sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali
kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Anggi agak rileks. Tapi tetap dengan diam
tanpa banyak reaksi Anggi menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang
meringis keenakan.
Sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai
berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Anggi dan kugencet batang
Penisku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali Penisku meludah.
Sekujur tubuh Anggi yang mulus ketumpahan spermaku.
Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh
kenikmatan. Kulihat Anggi bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta
mukanya.
“ Erlang…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah
Anggi rasakan, ” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan persetujuan Anggi, kami menelpon istriku
mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Anggi nggak enak badan. Padahal kami
melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi
melakukan persetubuhan. Dalam dua sesi berikut sangat kelihatan perkembangan
yang terjadi sama Anggi.
Kalau permainan pertama dia banyak diam, permainan
kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat
menjadi buas, buas, dan sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan
leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.
“ Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa
yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang
tua dan selisih 20 tahun dengan Anggi. Sampai Uda meninggal, Anggi tidak pernah
merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Anggi masih kepengen nikah
lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Anggi sebagai
kepala bagian membuat banyak pria menjauh. ”
Singkat cerita sejak kejadian itu, selama kakak
iparku berada di rumahku kamipun sering melakukan hubungan Sex jika ada kesempatan.
Sungguh ini adalah dosa terindah yang pernah aku rasakan, Terima kasih Anggi,
you make me feel so Good. Selesai.