Bandar Togel Online bandar taruhan bola Agen Judi Online Terpercaya situs togel online

Wendi Sianak Mama




Setelah memiliki seorang anak, aku mendapatkan vonis dokter jika rahimku bermasalah dan tidak dianjurkan jika menambah momongan lagi. Mendengar hal itu tentu saja membuat diriku sedih dan tidak karuan.Dengan kondisiku yang seperti itu, suamiku pun meminta izin untuk menikah lagi dengan wanita lain karena dirinya ingin memiliki anak lagi. Hal tersebut ia lakukan saat anakku berusia 1 tahun. Walaupun berat, akhirnya aku izinkan suamiku untuk menikah lagi mengingat keterbatasan yang kumiliki saat ini sebagai seorang wanita.

Sejak pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernah pulang ke rumah lagi. Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari istri mudanya dan dua anak lagi dari istrinya yang ketiga.Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus kutabung untuk biaya kuliah anakku Wendi nanti.

Wendi sendiri sudah tak perduli pada ayahnya. Malah, kalau ayahnya pulang, kelihatan Wendi tak bersahabat dengannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Semoga saja Wendi tidak berdosa pada ayahnya.

Setiap malam Aku selalu mengeloni Wendi agar tubuhku tak kedinginan ditiup oleh suasana dingin AC di kamar tidurku. Wendi juga kalau kedinginan, justru merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Wendi memang anak yang manja dan aku menyayanginya.

Sudah menjadi kebiasaanku, kalau aku tidur hanya memakai daster mini tanpa sehelai kain pun di balik daster miniku. Aku menikmati tidurku dengan udara dinginnya AC dan timpa selimut tebal yang lebar. Nikmat sekali rasanya tidur memeluk anak semata wayangku, Wendi. Kusalurkan belai kasih sayangku padanya. Hanya padanya yang aku sayangi.

Sudah beberapa kali aku merasakan buah dadaku diisap-isap oleh Wendi. Aku mengelus-elus kepala Wendi dengan kelembutan dan kasih sayang. Tapi kali ini, tidak seperti biasanya. Hisapan pada pentil payudaraku, terasa demikian indahnya. Terlebih sebelah tangan Wendi mengelus-elus bulu vaginaku. Oh nikmat sekali. Aku membiarkannya. Toh dia anakku juga. Biarlah, agar tidurnya membuahkan mimpi yang indah.

Saat aku mencabut pentil payudaraku dari mulut Wendi, dia mendesah.

“Mamaaaaa”

Kuganti memasukkan pentil payudaraku yang lain ke dalam mulutnya. Selalu begitu, sampai akhirnya mulutnya terlepas dari payudaraku dan aku menyelimutinya dan kami tertidur pulas. Malam ini, aku justru sangat bernafsu. Aku ingin disetubuhi.

Ah… Mampukah Wendi menyetubuhiku. Usianya baru 15 tahun. Masih SMP. Mampukah. Pertanyaan itu selalu bergulat dalam bathinku.

Keesokan paginya, saat Wendi pergi ke sekolah, aku membongkar lemari yang sudah lama tak kurapikan. Di lemari pakaian Wendi di kamarnya (walau dia tak pernah meniduri kamarnya itu) aku melihat beberapa keping CD. Saat aku putar, ternyata semua nya film-film porno dengan berbagai posisi. Dadaku gemuruh.

Apaah anakku sudah mengerti seks? Apakah dia sudah mencobanya dengan perempuan lain? Atau dengan pelacur kah? Haruskah aku menanyakan ini pada anakku? Apakah jiwanya tidak terganggu, kalau aku mempertanyakannya? Dalam aku berpikir, kusimpulkan, sebaiknya kubiarkan dulu dan aku akan menyelidikinya dengan sebaik mungkin dengan setertutup mungkin.

Seusai Wendi mengerjakan PR-nya (Disekolah Wendi memang anak pintar), dia menaiki tempat tidur dan memasuki selimutku. Dia cium pipi kiri dan pipi kananku sembari membisikkan ucapan selamat malam dan selalu kubalas dengan ucapan yang sama.

Tapi kalau aku sudah tertidur, biasanya aku tak menjawabnya. Dadaku gemuruh, apaah malam ini aku mempertanyakan CD porno itu. Akhirnya aku membiarkan saja. Dan Aku kembali merasakan buah dadaku dikeluarkan dari balik dasterku yang mini dan tipis. Wendi mengisapnya perlahan-lahan. Ah… kembali aku bernafsu.

Terlebih kembali sebelah tangannya mengelus-elus bulu vaginaku. Sebuah jari-jarinya mulai mengelus klentitku. AKu merasakan kenikmatan. Kali ini, aku yakin Wendi tidak tidur. Aku merasakan dari nafasnya yang memburu.

Aku diam saja. Sampai jarinya memasuki lubang vaginaku dan mempermainkan jarinya di sana dan tangan yang satu terus memainkan payudaraku. Ingin rasanya aku mendesah, tapi…

Aku tahu, Wendi menurunkan celananya, sampai bagian bawah tubuhnya sudah bertelanjang. Dengan sebelah kakinya, dia mengangkangkan kedua kakiku. Dan Wendi menaiki tubuhku dengan perlahan. Aku merasakan penisnya mengeras. Berkali-kali dia menusukkan penis itu ke dalam vaginaku. Wendi ternyata tidak mengetahui, dimana lubang vagina.

Berkali-kali gagal. Aku kasihan padanya, karena hampir saja dia putus asa. Tanpa sadar, aku mengangkangkan kedua kakiu lebih lebar. Saat penisnya menusuk bagian atas vaginaku, aku mengangkat pantatku dan perlahan penis itu memasuki ruang vaginaku. Wendi menekannya. Vaginaku yang sudah basah, langsung menelan penisnya.

Nampaknya Wendi belum mampu mengatasi keseimbangan dirinya. Dia langsung menggenjotku dan mengisapi payudaraku. Lalu

*crooot…croot…croooootttt..*

Spermanya menyemprot di dalam vaginaku. Tubuhnya mengejang dan melemas beberapa saat kemudian. Perlahan Wendi menuruni tubuhku. Aku belum sampai… tapi aku tak mungkin berbuat apa-apa.

Besok malamnya, hal itu terjadi lagi. Terjadi lagi dan terjadi lagi. Setidaknya tiga kali dalam semingu. Wendi pun menjadi laki-laki yang dewasa. Tak sedikit pun kami menyinggung kejadian malam-malam itu. Kami hanya berbicara tentang hal-hal lain saja. Sampai suatu sore, aku benar-benar bernafsu sekali.

Ingin sekali disetubuhi. Saat berpapasan dengan Wendi aku mengelus penisnya dari luar celananya. Wendi membalas meremas pantatku. Aku secepatnya ke kamar dan membuka semua pakaianku, lalu merebahkan diri di atas tempat di tutupi selimut. Aku berharap, Wendi memasuki kamar tidurku. Belum sempat usai aku berharap, Wendi sudeah memasuki kamar tidurku.

Di naik ke kamar tidurku dan menyingkap selimutku. Melihat aku tertidur dengan telanjang bulat, Wendi langsung melepas semuapakaiannya. Sampai bugil. Bibirku dan payudaraku sasaran utamanya. AKu mengelus-elus kepalanya dan tubuhnya. Sampai akhirnya aku menyeret tubuhnya menaiki tubuhku. KUkangkangkan kedua kakiku dan menuntun penisnya menembus vaginaku.

Nafsuku yang sudah memuncak, membuat kedua kakiku melingkar pada pinggangnya. Mulutnya masih rakus mengisapi dan menggigit kecil pentil payudaraku. Sampai akhirnya, kami sama-sama menikmatinya dan melepas kenikmatan kami bersama. Seusai itu, kami sama-sama minum susu panas dan bercerita tentang hal-hal lain, seakan apa yang baru kami lakukan, buka sebuah peristiwa.

Malamnya, seisai Wendi mengerjakan PR-nya dia mendatangiku yang lagi baca majalah wanita di sofa. Tatapan matanya, kumengerti apa maunya. Walau sore tadi kami baru saja melakukannya. Kutuntun dia duduk di lantai menghadapku. Setelah dia duduk,aku membuka dasterku dan mengarahkan wajahnya ke vaginaku. AKu berharap Wendi tau apa yang harus dia lakukan, setelah belajar dari CD pornonya.

Benar saja, lidah Wendi sudah bermain di vaginaku. Aku terus membaca majalah, seperti tak terjadi apa-apa. AKu merasa nikmatr sekali. Lidahnya terus menyedot-nyedot klentitku dan kedua tangannya mengelus-elus pinggangku. Sampa akhirnya aku menjepit kepalanya, karean aku akan orgasme.

Wendi menghentikan jilatannya Dan aku melepaskan nikmatku. Kemudia kedua kakiku kembali merenggang. AKu merasakan Wendi menjilati basahnya vaginaku. Setelah puas, Wendi bangkir. Aku turun ke lantai. Kini Wendi yang membuka celananya dan menarik kepalaku agar mulutku merapat ke penisnya. Penis yang keras itu kujilati dengandiam. Wendi menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Kepalaku ditangkapnya dan dileus-elusnya.

Aku terus menjilatinya dan terus melahap penisnya, sampai spermanya memenuhi mulutku. Sampai akhirnyanormal kembali dan kami duduk bersisian menyaksikan film lepas di TV. Seusai nonton film, aku mengajaknya untuk tidur, karean besok dia harus sekolah, dan aku harus memeriksa pembukuan toko.

“yuk tidur sayang,” kataku.Wendi bangkit dan menggamit tanganku, lalu kami tertidur pulas sampai pagi.

Siang itu, aku mendengar Wendi pulang sekolah dan dia minta makan. Kami sama-sama makan siang di meja makan. Usai makan siang, kami sama-sama mengangkat piring kotor dan sama-sama mencucinya di dapur. Wendi menceritakan guru baruya yang sangat disiplin dan terasa agak kejam. Aku mendengarkan semua keluhan dan cerita anakku.

Itu kebiasaanku, sampai akhirnya aku harus mengetahui siapa Wendi. Aku juga mulai menanyakan siapa pacarnya dan pernah pergi ke tempat pelacuran atau tidak. Sebenarnya aku tahu Wendi tidak pernah pacaran dan tidak pernah kepelacuran dari diary-nya. Kami sama-sama menyusun piring dan melap piring sampai ke ring ke rak-nya, sembari kami terusbercerita.

“Ma…besok Wendi diajak teman mendaki gunung…boleh enggak, Ma?” tanya Wendi meminta izinku sembari tangannya memasuku bagian atas dasterku dan mengelus payudaraku.

“Nanti kalau sudah SMA saja ya sayang…” kataku sembari mengelus penis Wendi.

“Berarti tahun depan dong, Ma,” katanya sembari mengjilati leherku.

“Oh… iya sayang… Tahun depan” kataku pula sembari membelai penisnya dan melepas kancing celana biru sekolahnya dan melepas semua pakaiannya sampai Wendi telanjang bulat.

“Kalau mama bilang gak boleh ya udah. Wendi gak ikut,” katanya sembari melepaskan pula kancing dasterku sampai aku telanjang bulat.

Ya.. kami terus bercerita tentang sekolah Wendi dan kami sudah bertelanjang bulat bersama

“Sesekali kita wisata ke puncak yuk ma…” kata Wendi sembari menjilati leherku dan mengelus payudaraku. Aku duduk di kursi kamar dan Wendi berdiri di belakangku. Uh… anakku sudah benar-benar dewasa. Dia ingin sekali bermesraan dan sangat romantis.

“Kapan Wendi maunya ke puncak?” kataku sembari menkmati jilatannya. Aku pun mulai menuntunnya agar berada di hadapanku.

Wendi kubimbing untuk naik ke atas tubuhku. Kedua kakinya mengangkangi tubuhku dan bertumpu pada kursi. Panttanya sudah berada di atas kedua pahaku dan aku memeluknya. Kuarahkan murnya untuk mengisap pentil payudaraku.

“Bagaimana kalau malam ini saja kita ke puncak sayang. Besok libur dan lusa sudah minggu. Kita di puncak dua malam,” kataku sembari mengelus-elus rambutnya.

“Setuju ma. Kita bawa dua buah selimut ma,” katanya mengganti isapan nya dari payudaraku yang satu ke payudaraku yang lain.

“Kenapa harus dua sayang. Satu saja..” kataku yang merasakan tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.

“Selimutnya kita satukan biar semakin tebal, biar hangat ma. Dua selimut kita lapis dua,” katanya. Dia mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya, meminta agar lidahku memasuki mulutnya. Aku membernya. Sluuupp… lidahku langsung diisapnya dengan lembut dan sebelah tangannya mengelus payudaraku.

Tiba-tiba Wendi berdiri dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku menyambutnya. Saat penis itu berada dalam mulutku dan aku mulai menjilatinya dalam mata terpejam Wendi mengatakan.

”Rasanya kita langsung saja pergi ya ma. Sampai dipuncak belum sore. Kita boleh jalan-jalan ke gunung yang dekat villa itu,” katanya.

Aku mengerti maksudenya, agar aku cepat menyelesaikan keinginannya dan kami segera berangkat. Cepat aku menjilati penisnya dan Wendi Meremas-remas rambutku dengan lembut. Sampai akhirnya, Wendi menekan kuat-kuat penisnya ke dalam mulutku dan meremas rambutku juga.

Pada tekak mulutku, aku merasakan hangatnya semprotan sperma Wendi beberapa kali. Kemudian dia duduk kembali ke pangkuanku. Di ciumnya pipiku kiri-kanan dan mengecup keningku. Uh… dewasanya Wendi. Au membalas mengecup keningnya dengan lembut.

Wendi turun dari kursi, lalu memakaikan dasterku dan dia pergi ke kamar mandi. Aku kekamar menyiapkan sesuatu yang harus kami bawa. Aku tak lupamembawa dua buah selimut dan pakaian yang mampu mebnghangatkan tubuhku. Semua siap. Mobil meluncur ke puncak, mengikuti liuknya jalan aspal yang hitam menembus kabut yang dingin.

Kami tiba pukul 15.00. Setelah check in, kami langsung makan di restoran di tepi sawah dan memesan ikan mas goreng serta lapannya. Kami makan dengan lahap sekali. Dari sana kami menjalani jalan setapak menaik ke lereng bukit. Dari sana, aku melihat sebuah mobil biru tua, Toyota Land Cruiser melintas jalan menuju villa yang tak jauh dari villa kami.

Mobil suamiku, ayahnya Wendi. Pasti dia dengan istri mudanya atau dengan pelacur muda, bisik hatiku. Cepat kutarik Wendi agar dia tak melihat ayahnya. Aku terlambat, Wendi terlebih daulu melihat mobil yang dia kenal itu. Wendi meludah dan menyumpahi ayahnya.

”Biadab !!!” Begitu bencinya dia pada ayahnya. Aku hanya memeluknya dan mengelus-elus kepalanya. Kami meneruskan perjalanan. Aku tak mau suasana istirahat ini membuatnya jadi tak indah.

Sebuah bangku terbuat dari bata yang disemen. Kami duduk berdampingan diatasnya menatap jauh ke bawah sana, ke hamparan sawah yang baru ditanami. Indah sekali.
Wendi merebahkan kepalanya ke dadaku. AKu tahu galau hatinya. Kuelus kepalanya dan kubelai belai.

“Tak boleh menyalahkan siapapun dalam hidup ini. Kita harus menikmati hidup kita dengan tenang dan damai serta tulus,” kata ku mengecup bibirnya.

Angin mulai berhembus sepoi-sepoi dan kabut sesekali menampar-nampar wajah kami. Wendi mulai meremas payudaraku , walau masih ditutupi oleh pakaianku dan bra.

“Iya. Kita harus hidup bahagia. Bahagia hanya untuk milik kita saja,” katanya lalu mencium leherku.

“Kamu lihat petani itu? Mereka sangat bahagia meniti hidupnya,” kataku sembari mengelus-elus penisnya dari balik celananya. Wendi berdiri, lalu menuntunku beridiri. Aku mengikutinya. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut.

“Lumpur-lumpur itu pasti lembut sekali, Ma,” katanya terus mengelus pantatku. Pasti Wendi terobsesi dengan anal seks, pikirku. Aku harus memberinya agar dia senang dan bahagia serta tak lari kemana-mana apalagi ke pelacur. Dia tak boleh mendapatkannya dari perempuan jalang.

Kami mulai menuruni bukit setelah mobil Toyota biru itu hilang, mungkin ke dalam garasi villa. Wendi tetap memeluk pinggangku dan kami memesan dua botol teh. Kami meminumnya di tepi warung.

“Wah… anaknya ganteng sekali bu. Manja lagi,” kata pemilik warung. Aku tersenyum dan Wendipun tak melepaskan pelukannya. Sifatnya memang manja sekali.

“Senang ya bu, punya anak ganteng,” kata pemilik warung itu lagi. Kembali aku tersenyum dan orang-orang yang berada di warung itu kelihatan iri melihat kemesraanku dengan anakku. Mereka pasti tidak tau apa yang sedang kami rasakan. Keindahan yang bagaimana. Mereka tak tahu.

Setelah membayar, kami menuruni bukit dan kembali ke villa. Angin semakin kencang sore menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi susu panas dan membawanya ke dalam kamar. Setelah mengunci kamar, aku melapaskan semua pakaianku. Bukankah tadi Wendi mengelus-elus pantatku? bukankah dia ingin anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku mendekati Wendi dan melepaskan semua pakaiannya.

Kulumasi penisnya pakai lotion. Aku melumasi pula duburku dengan lotion. Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Wendi mendatangiku. Kutuntun penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku.

Aku pernah merasakan ini sekali dalam hidupku ketika aku baru menikah. Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, kalau mau main dri dubur, harus memakai pelumas, katanya. Kini aku ingin praktekkan pada Wendi

Wendi mengarahkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, tempatnya bertumpu. Perlahan…perlahan dan perlahan. Aku merasakan tusukan itu dengan perlahan. Ah.. Wendi, kau begitu mampu memberikan apa yang aku inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku merasakan penis itu keluar-masukdalam duburku.

Kuarahkan sebelah tangan Wendi untuk mengelus-elus klentitku. Waw… nimat sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain, duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk sangat teratur. Tak ada suara apa pun yang terdengar.

Sunyi sepi dan diam. Hanya ada desau angin, desah nafas yang meburu dan sesekali ada suara burung kecil berkicau di luar sna, menuju sarangnya.

Tubuh Wendi sudah menempel di punggungku. Sebelah tangannya mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas payudaraku. Lidahnya menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku sangat beruntung mememiliki anak seperti Wendi.

Dia laku-laki perkasa dan penuh kelembutan. Tapi… kenapa kali ini dia begitu buas dan demikian binal? Tapi… Aku semakin menikmati kebuasan Wendi anak kandungku sendiri. Buasnya Wendi, adalah buas yang sangat santun dan penuh kasih.

Aku sudah tak mampu membendung nikmatku. AKu menjepit tangan Wendi yang masih mengelus klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Wendi mendesah-desah…

“Oh… oh….oooooohh…”

Wendi menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela gigitannya. Dan remasan pada payudaraku terasa begitu nikmat sekali.

“Ooooooooooohhhh..” desahnya dan aku pun menjerit.

“Akhhhhhhhhhhhh..” Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak mampu lagi kedua lututku untuk bertumpu.

Penis Wendi mengecil dan meluncur cepat keluar dari duburku. Wendi cepat membalikkan tubuhku. Langsung aku diselimutinya dan dia masuk ke dalam selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, sampai desah nafas kami normal.

Wendi menuntunku duduk dan membimbingku duduk di kursi, lalu melilit tubuhku dengan selimut hotel yang tersedia di atas tempat tidur. Dia mendekatkan kopi susu ke mulutku.

Aku meneguknya. Kudengar dia mencuci penisnya, lalu kembali mendekat padaku. Dia kecup pipiku dan mengatakan:”Malam ini kita makan apa, Ma?”

“Terserah Wendi saja sayang.”

“Setelah makan kita kemana, Ma?” dia membelai pipiku dan mengecupnya lagi.

“Terserah Wendi saja sayang. Hari ini, adalah harinya Wendi. Mama ngikut saja apa maunya anak mama,” kataku lembut.

“OK, Ma. Hari ini harinya Wendi. Besok sampai minggu, harinya mama. Malam ini kita di kamar saja. Aku tak mau ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu,” katanya geram. Nampaknya penuh dendam. Aku menghela nafas.

Usai makan malam, kami kembali ke kamar dan langsung tidur di bawah dua selimut yang hangat dan berpelukan. Kami tidur sampai pukul 09.00 pagi baru terbangun.



READMORE
 

Bersama Mantan Ibu Guruku




Namaku Rafi. Aku adalah seorang konsultan dalam bidang information technology. Pekerjaanku ini mengharuskanku untuk siap ditempatkan dimana saja. Saat ini, aku harus menangani sebuah perusahaan manufaktur di Bogor yang mengakibatkan aku harus mencari tempat pemondokan di kota hujan itu. Untunglah, tanpa sengaja aku bertemu dengan guru SMA ku yang kebetulan memiliki rumah besar di Bogor dan ia mempersilahkanku untuk menyewa salah satu kamar di rumahnya.

“Ibu, apa kabar..” sapaku sambil menyalami ibu Eva. Ia adalah guru kesenian dan bahasa SD ku di kawasan menteng Jakarta. Dalam usianya yang ke 40, ia masih tanpak muda dan segar. Wajah dan tubuhnya sangat mirip dengan Ully Artha pemain sinetron yang juga sudah berusia kepala 4 namun masih saja cantik itu. Dengan baju santai berpotongan leher V, ibu guruku itu nampak seksi sekali. Belahan buah dadanya yang belum terlihat kerutannya itu tampak menyembul dan menunjukkan huruf Y yang tegas. “Baik Fi.. gimana keluargamu? Baik?” jawabnya tersenyum manis. “Alhamdulillah, baik bu” “kalau begitu masuk deh.. sini biar ibu bantu..”bu Eva membungkukkan badannya hendak membantu membawa barang-barangku. Ketika itu pula tampak kedua buah dadanya yang besar bergayut di hadapanku. Buah dada yang putih itu ditutupi oleh BH tipis berwarna hitam. Sayang putting susunya tak sempat terlihat. “eeh.. jangan bu.. biar saya bawa sendiri..”

Rumah bu Eva sungguh asri dan besar. Ada 5 kamar tidur dengan 2 kamar mandi. Rumah yang besar itu dihuni oleh bu Eva, adiknya Atika, dan anaknya Maria. Ketika itu, para pembantunya belum pulang dari mudik lebaran. Di rumah itu tak ada laki-laki yang tinggal. “Sejak ibu ditinggal kawin lagi oleh suami, rumah ini tidak pernah ada penghuni laki-lakinya. Suami Atika kan pelaut. Ia datang kesini 4 bulan sekali. Itupun hanya sebulan tinggal, kemudian berlayar lagi… kamu adalah lelaki pertama yang kembali menghuni rumah ini.. wellcome..” Keluarga ini adalah keluarga pecinta musik. Demi cintanya pada musik, dibuatlah sebuah kamar kedap suara dan — entah kenapa juga kedap cahaya — untuk dipakai bermain piano sepuas-puasnya. Di ruangan itu juga terdapat ranjang tua terbuat dari rangka besi. Belakangan aku tahu bahwa ranjang itu selalu digunakan oleh bu Eva untuk melepaskan penatnya setelah bermain piano.

Kamarku ternyata sangat lengkap. Tempat tidur busa ukuran king size, AC, meja kerja, dan meja rias. “Hehe.. ibu tau kamu ngga perlu itu” katanya tersenyum geli sambil menunjuk meja rias. “Tapi ibu ngga tau mesti ditaruh dimana lagi..” “nggak apa lah bu.. jangan repot-repot. . fasilitasnya diatas ekspektasi saya.. terimakasih banyak..” Kami berdua duduk di pinggir ranjang, dan bercerita tentang masa kecil ku. Ia menceritakan betapa pangling dirinya melihatku yang tumbuh menjadi pemuda berusia 25 tahun yang tegap. “Tapi nggantengnya ngga berubah kok..” candanya. Ia juga menceritakan tentang keluarganya. Mantan suami bu Eva — yang bernama Irwan –ternyata masih sering mengunjungi anaknya di rumah itu paling sedikit sebulan sekali. “Sesak rasanya Fi.. kalau mengingat itu.. tapi apa boleh buat.. itu yang terbaik buat Maria..”.

Perempuan setengah baya itu sudah menjanda 7 tahun lamanya. Tak dapat kubayangkan bagaimana ia memenuhi kebutuhan biologisnya. Dan aku tahu ia bukan tipe perempuan penganut paham free sex. Bu Eva membaringkan tubuhnya di atas ranjangku sambil meletakkan tangannya di belakang kepala. Posisi itu membuat bajunya tertarik ke atas dan memperlihatkan buah dadanya yang tertekan oleh tarikan bajunya itu. Tampak garis BH nya tercetak dengan jelas dan.. my god.. kedua putingnya yang cukup besar itu juga terlihat jelas tercetak di dadanya. Posisi itu juga membuat kedua pahanya yang putih itu tersingkap. Duuhh..mulusnya. . kuperhatikan bentuk kakinya yang indah belum termakan oleh usia. Memang ada beberapa bagian yang sudah ada guratan lemaknya.. namun secara keseluruhan kaki itu bisa dibilang perfect. “Ibu rajin fitness ya ??” tanyaku spontan sambil memandang pahanya “kok tau ??” “habis badan dan paha ibu terlihat masih kencang .. tanda ibu rajin berolah raga..” Ibu Eva tersenyum manis padaku sambil dengan segera membenahi posisi badannya dan menutupi kedua pahanya. Mukanya tampak memerah karena malu bercampur senang. “that is very sweet Rafi.. terima kasih.. ini pujian pertama yang ibu rasakan bukan gombal dari seorang laki-laki sejak ibu menjanda..”
 Sore itu aku diperkenalkan pada Atika dan Maria. Atika adalah adik perempuan bu Eva yang berusia 35 tahun. Badan dan wajahnya mirip Dian Nitami. Tinggi, berhidung masam, pinggul besar dan buah dada sedang. Ia tampak seperti seorang wanita yang kesepian. Dari cara bicaranya yang selalu meminta perhatian terlihat sifat kekanak-kanakannya yang masih kental. Maria nampak lebih dewasa dari Atika. Ia gadis berumur 18 tahun berbadan tinggi, kulit agak gelap, mata besar dan muka oval. Dengan gaya rambutnya yang keriting basah itu, ia tampak lebih tua dari umurnya. Maria mewarisi sifat keibuan bu Eva. Tidak seperti Atika yang cerewet dan bersuara keras itu, Maria lebih sabar dan bersuara lembut.. persis seorang putri kraton..

Malam itu aku tak bisa tidur. Entah kenapa, wajah dan tubuh bu Eva selalu membayang di pelupuk mataku. Buah dadanya yang berukuran 36, kakinya yang mulus, wajahnya yang mirip ully artha.. my.. I can’t believe that she is 40 … dan harus kuakui perempuan itu membuatku terangsang .. hasratku untuk menidurinya begitu menggebu.. bahkan dengan berpikir seperti ini saja sudah membuat penisku berdiri.. oh ya bicara soal penis.. aku dianugerahi penis berukuran cukup besar.. 16 cm dengan diameter 3-4 cm.. bila sedang berdiri bentuknya persis seperti pisang ambon berukuran besar.. well terus terang.. senjataku ini cukup digila-gilai teman-teman kencanku.. nah.. kembali soal guruku tadi, aku juga yakin ia sebenarnya mempunyai keinginan yang menggebu-gebu untuk mendapatkan sentuhan seorang lelaki.. hanya saja ia menekan kuat-kuat hasrat itu.. tapi bagiku untuk begitu saja menidurinya tentu tidak mungkin.. harus ada jalan halus untuk mencapai tujuan itu.. aku terus berpikir dan berpikir dan berpikir.. sampai akhirnya …aku tertidur

Seminggu sudah aku tinggal di rumah bu Eva. Aku sudah mulai hafal dengan kebiasaan hidup perempuan itu. Dari pagi sampai sore 5 hari seminggu, ia mengajar di sebuah lembaga bahasa inggris terkenal di Bogor. Malamnya, aku perhatikan bahwa sehabis bermain piano sepuas puasnya ia pasti tertidur di kamar kedap suara itu.. dan kalau ia sudah bermain piano, tak ada seorangpun berani mengganggunya. . aku melihat sebuah peluang disitu.. dan seketika itu sebuah rencana tercipta di benakku.. besok adalah malam minggu.. hari dimana bu Eva menghabiskan malamnya dengan bermain piano.. hari dimana Atika dan Maria tidak berani mengganggu ibunya ..

Malam minggupun tiba.. selesai mandi dan makan malam aku hampiri bu Eva “bu.. boleh saya temani ibu bermain piano? Saya juga penikmat musik klasik..” “tentu Fi.. be my guest.. tapi keliatannya kamu bakal jadi satu-satunya penonton, karena Atika dan Maria mungkin pulang agak larut..” “nggak apa bu..”kataku tersenyum.. yes.. my plan is running quite well so far.. tepat jam 8 malam pintu ruang piano ditutup dan AC pun dinyalakan.. semenit kemudian alunan lagu-lagu klasik karya Mozart, Johan Strauss, dan beethoven pun mengalun dengan merdu dari jari-jari lentik bu Eva. “bu.. kalau haus ini saya siapkan minumnya..” “Okey.. oh.. you are so sweat fi.. thanks..” Dengan sekali tenggak bu Eva menghabiskan sirup dingin yang telah kucampur dengan obat tidur itu..setelah itu aku langsung pamit “bu, saya mau pergi ke luar dulu cari angin.. setelah itu saya akan langsung tidur..” “Okey.. selamat jalan-jalan. . sampai besok ya?” bu Eva tersenyum manis padaku sambil menghentakkan symphoni ke 9 nya beethoven. Aku keluar dan menutup pintu.

Setengah jam kemudian, kubuka kembali pintu ruang piano perlahan-lahan. Tak ada suara terdengar dari ruang kedap suara itu. Aku menyelinap masuk, kukunci pintu, dan kulihat bu Eva tidur terlentang di ranjang tua di sisi piano itu. Gotcha ! rupanya KO juga dia terkena obat tidurku. Wah.. mudah-mudahan reaksinya tidak terlalu keras.. soalnya, bisa merusak seluruh rencanaku… Saat itu ia menggunakan daster terusan berwarna putih dengan belahan dada rendah. Buah dadanya menyembul dari BH tipis berwarna putih. Kedua kakinya terlihat mengangkang seakan menanti seseorang untuk menindihnya. Melihat tubuh tak berdaya itu, mendadak celanaku terasa sempit. Penisku sudah dalam keadaan tegak berdiri.

Dengan cepat kubuka daster ibu Eva dan kupeloroti dari tubuhnya. Seketika itu aku terpesona melihat tubuh yang masih sintal itu tergolek mengangkang dihadapanku hanya mengenakan BH dan celana dalam tipis. Pori-pori buah dadanya begitu jelas di mataku. Dan putingnya yang besar berwarna coklat kehitaman tampak jelas dibalik BH tipis berwarna putih itu. Ketiaknya yang putih dan wangi itu ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang cukup lebat. Di selangkangannya kulihat gundukan daging yang tertutup oleh bulu-bulu yang juga lebat. Sedemikian lebatnya, sehingga begitu banyak bulu-bulu kecil yang menyelip keluar dari celana dalamnya.

Kata orang wanita yang berbulu lebat memiliki libido yang tinggi.. wow.. this must be my lucky day !! Model CD nya benar-benar membuat aku terangsang .. yaitu model CD yang menggunakan tali sehingga dengan satu kali tarikan celana itu akan terbuka..Ouwwhh. . ingin rasanya aku segera menggumuli tubuh itu.. but wait..that was not the plan.. so, dengan segera ku keluarkan beberapa sapu tangan yang sudah kupersiapkan, lalu aku ikat kedua tangan bu Eva ke jeruji ranjang besi dekat kepalanya, dan kuikat juga kedua kakinya ke jeruji ranjang besi dekat kakinya. Kupandangi wajah cantik yang mirip ully atha itu.. kemudian dengan lembut kubelai keningnya.. terus turun ke pipi..bibir. .dagu..leher. . terus ke dada..kuputar- putarkan tanganku disekitar buah dadanya yang besar sebelum kuselipkan tanganku ke balik BHnya dan seketika itu tanganku dipenuhi oleh gumpalan daging yang kenyal dan empuk berukuran besar itu. Alangkah menggairahkannya buah dada bu Eva..”emhhh..”

tiba-tiba bu Eva bergumam sambil mengeleng kepalanya ke kanan.. dengan cepat kutarik tanganku dari balik BH nya dan kumatikan lampu kamar. Ruang yang kedap cahaya itu langsung gelap gulita.. aku bahkan tak dapat melihat tanganku sendiri.. dengan meraba-raba aku kembali duduk di pinggir tempat tidur dan mencari tubuh permpuan itu. Tangan kiriku memegang paha kiri bu Eva. Dengan perlahan aku mengusap bagian dalam paha kiri bu Eva..kunaikkan tanganku lebih ke atas… terus sampai batas selangkangannya. . seketika itu tanganku memegang gundukan daging yang ditutupi oleh bulu-bulu lebat yang masih ditutupi oleh celana dalamnya yang tipis.. jariku mulai menggosok-gosok gundukan daging itu.. ke atas dan ke bawah sementara itu telapak tangan kananku menyusup ke balik BH nya yang terasa benar terlalu kecil untuk buah dada berukuran 36 itu…dengan bernafsu kuremas-remas buah dada montok itu.. “Ohh..ooohh..” terdengar suara guruku itu yang nampaknya sudah mulai sadar dari tidurnya. Tiba-tiba kurasakan seluruh otot tubuhnya menegang..

bu Eva mencoba bangkit dari tidurnya..”A. .apa..apaan ini ??” terdengar suara perempuan itu berteriak “kok gelap sekali?? Si..siapa kamuh..hh?? Ahhhh.. jangan sentuh saya !! lepaskan tanganmu dari dada saya.. kurang ajar !! lepaskan ikatan tangan dan kaki saya.. tolooong…tolooong. .” ia memperkuat jeritannya. Sebuah perbuatan yang sia-sia di ruang kedap suara itu. Bersamaan dengan itu bu Eva mulai meronta-ronta kekiri dan kekanan. Rontaannya yang kuat sempat membuat aku kawatir akan melepaskan ikatan tangan dan kakinya.. namun setelah beberapa saat, aku yakin ikatanku cukup kuat. Akibat gerakannya itu, buah dadanya juga ikut berguncang ke kiri dan kanan. Terasa nikmat di telapak tanganku. Perlawanan bu Eva membuat aku semakin bernafsu. Dengan kasar kutarik BH nya hingga robek, dan dalam kegelapan kudekatkan bibirku ke buah dada kiri bu Eva , dan seketika itu juga kumasukkan hampir separuh dari dada montoknya ke dalam mulutku. “Ohh.. ohhhh.. ooohh..” bu Eva masih meronta dengan nafas yang mulai memburu..”Ohhh. . get off your mouth from my breast !! Siapa kamu ??” kembali terdengan ia menjerit.. “Irwan !! kamukah itu ?? Irwan !! ini tidak lucu !! lepaskan aku !!!” rupanya ia menyangka aku bekas suaminya..

“Irwan !! Aku tau kamu suka dengan permainan ikat mengikat ini !!! Aku juga tau kamu masih berharap untuk bisa menikmati tubuhku lagi .. tapi sejak kamu menyakiti aku.. aku sudah bersumpah sampai matipun tak akan kuberikan tubuhku lagi padamu.. ouuuuhhh… ouuhhhh..” teriakannya bercampur dengan rintihan-rintihan kecil ketika tangan kiriku yang sedari tadi mengusap-usap perutnya dengan cepat kuselipkan kedalam CD nya. Ahhh..Jembutnya yang lebat itu memenuhi telapak tanganku. Jari telunjuk dan tengahku kugunakan untuk menyibak bulu-bulu itu untuk mencari pintu masuk ke vaginanya. Begitu tersentuh, kuletakkan jari tengahku di sepanjang pintu tersebut. Terasa benar kelembabannya semakin meningkat. Ujung jari tengahku menyentuh ujung bawah vaginanya dan pangkal jari tengahku mencari-cari klitorisnya. .kuputar- putar sejenak jari tengahku itu sampai kutemukan sebuah tonjolan yang sudah terasa bengkak di pangkal vaginanya. Dengan cepat kuputar-putar dan kugesek-gesek klit nya yang semakin lama terasa semakin bengkak. “Ohhh..Ohhhh. .” rontaan perempuan itu mulai mengendur dan rintihannya terdengar semakin kuat..kupermainkan lidahku di ujung putingnya yang terasa mulai mengencang dan sesekali kugigit dengan lembut..

“Ohhh.. ahhhh.. who are you..siapa kamuuhh.. ohh.. tolong… whoever you are.. jangan perkosa saya.. please..” rintihnya dengan suara serak. Sambil terus memainkan klit nya kulepaskan sedotanku di dadanya dan menjawab dengan suara yang disamarkan “I am not gonna rape you maam.. I only want to love you…with my touch.. I know you want it.. I know you want it so bad..” perempuan itu terdiam sejenak. Bibirku kembali menyusuri buah dadanya dari sebelah kiri menuju ke kanan ketika sampai pada puttingnya dengan sedikit kasar kusedot daging kecil yang sudah menegang itu “yess.. I want it so bad..I want it so bad for long..” bisiknya mengakui pernyataanku seraya menggelinjang kegelian “hhhh…but I don’t want to do it this way.. I want to see your face.. I want to touch your body.. I want to touch your..” Kuhentikan sedotanku diputingnya dan kuhentikan juga aktivitas jariku di selangkangannya dan dengan cepat kuturunkan resleting celanaku lalu kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang seperti pisang ambon itu.. “you wanna touch this maam ?” kataku melanjutkan kata-katanya seraya dalam kegelapan menempelkan penis tegangku di pipi kirinya..

terasa bu Eva menggesek-gesekkan pipinya di penisku.. ia menggerakkan kepalanya untuk membelai penisku dengan pipinya seakan ia sedang menyayangi kucing piaraannya.. tiba-tiba kurasakan bahwa ia menggerakkan kepalanya dan berusaha untuk menggapai penisku dengan mulutnya.. oh no you don’t .. kataku dalam hati..ini belum saatnya.. lalu dengan cepat kugesekkan penisku itu perlahan-lahan ke lehernya.. turun terus ke dada.. di atas bukit kembar yang montok itu kugesekkan bagian bawah kepala penisku ke putingnya yang.. wow.. sangat tegang itu.. “ohh noo…god…please don’t do this to me.. tolong lepaskan ikatan kakiku please..ooohhh. .” terasa oleh tangan kiriku bahwa bu Eva sedang berusaha merapatkan kedua pahanya untuk digesekkan satu sama lain. Usaha tersebut tentu saja sia-sia.. karena kakinya kuikat dalam posisi mengangkang. Gairah bu Eva yang mulai memuncak mendorongnya untuk merasakan klitnya digesek-gesek untuk mencapai puncak kepuasannya. . Dengan intens aku masih menggesek ujung penisku ke putting susunya, bahkan cairan licin yang sudah keluar dari lubang penisku kutempelkan di ujung putingnya untuk kugesek-gesekkan lagi sehingga terasa licin di bawah kepala penisku.. suara ranjang besi itu kini berbunyi dengan irama beraturan menandakan tubuh bu Eva yang menggeliat-geliat menikmati sensasi-sensasi erotis yang kuberikan padanya.

Bisa kubayangkan dalam gelap, dengan kedua tangan dan kaki terikat di sisi kiri dan kanan kasur, bu Eva menggerak-gerakan pinggulnya dan menendang-nendang kakinya untuk bisa segera melepaskan diri dari ikatan dan merapatkan kedua kakinya.. “kamu bukan Irwan..ohhh. .I am sure you are not him..” bisiknya serak ketika kuturunkan penisku dari buah dadanya menuju perutnya. Penisku dari ujung hingga testis kuletakkan di atas kulit perutnya yang mulus itu. “Its not his size.. its too big for him.. oohhhhh.. please.. who are you ?” rintihnya penasaran karena tak bisa melihat laki-laki yang tengah memberikannya kenikmatan yang telah lama tak diperolehnya itu.. “I am one of your student.. saya sangat mengagumi tubuh ibu yang masih sangat menggairahkan ini.. dan saya sangat mudah terangsang oleh tubuh sexy seorang wanita seusia ibu.. I am your secret admire bu.. I want to help you to get something you miss for along time…” bisikan manisku itu ternyata membuat bu Eva begitu terangsang sehingga ia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun dengan keras seperti orang yang tengah bersenggama sambil mengerang dengan keras
“Ooohh please.. do what ever you want..please. . don’t make me suffer any longer…” Dapat kubayangkan betapa merangsangnya kedua buah dada montoknya ikut terguncang kesana kemari seiring gerakan-gerakan histerisnya. . Dengan segera pula kubuka baju dan celanaku sehingga dalam waktu 20 detik aku sudah bugil. “Oohh.. I wish I could see you..” ibu Eva merintih ketika ia mendengar aku membuka seluruh pakaianku..”kenapa lampunya ngga dinyalain aja sih..? kamu takut apa? Don’t worry.. saya ngga akan marah.. I am yours tonight..” Tanpa menjawab pertanyaannya aku menaiki ranjangnya dengan posisi bertekuk lutut diantara dua kakinya yang mengangkang itu. Kuraba bagian pinggul wanita yang masih tertutup celana dalam itu. Kupegaang tali CD nya dan dengan sekali tarik jatuhlah penutup terakhir tubuh ibu guruku itu. Aku mendekatkan mukaku ke selangkangannya yang basah olehh keringat itu dan seddetik kemudian mulutku sudah terbenam dalam rimbunan rambut hitam yang melindungi vaginanya.

Bibirku dengan cepat menemui klitorisnya dan dengan lembut kusedot-sedot sambil sesekali kugigit “AAAHHH..GOOOOODDDD… nikmatnya. . terus.. terruuusss… ” rintihnya sambil menggoyang-goyangka n pinggulnya. Kunaikkan bibirku ke arah perut dan kutelusuri keatas menuju buah dadanya..sesampainy a disana kugesekkan muka,pipi dan hidungku ke bukit kembar yang montok itu sementara penisku menempel di atas vaginanya. “o my god.. o my god.. ooohhhh..untie me pelleaaaase…! !!” jerit wanita berusia 40 an itu ketika penisku menggesek-gesek klitnya. Pinggulnya diangkatnya dengan liar setinggi-tingginya untuk menggesekkan klitnya ke penisku. Terasa benar vagina bu Eva sudah banjir. Gesekan penisku di mulut vaginanya mengeluarkan suara kecipak yang keras. “Oohh kiss me please..kiss mee..ouhh..” desahnya sambil mencari cari bibirku yang masih sibuk mengulum kedua putting susunya bergantian. Aku sengaja tak ingin menciumnya karena bila kulakukan maka dengan segera ia akan mengenaliku. .

Aku sudah amat terangsang dan dengan segera kupegang penisku, kutempelkan di pintu vagina yang sudah teramat sangat becek itu , lalu kuedesakkan perlahan-lahan mengingat vagina ini sudah tidak pernah kemasukan penis selama hampir 7 tahun ! Ternyata ukuran diameter penisku agak menyulitkan penetrasi kali ini.. baru kusadari kalau vagina bu Eva ternyata berukuran cukup kecil.. “Aaaahh..aaaakkhh. . pelan-pelaaannn. . pelan-pelaaannhh. .ouh.. its soo biig..hh” kumasukkan lagi penisku hingga setengahnya, bu Eva kembali menjerit kesakitan.. dari suaranya kutahu ia menggeleng-gelengka n kepalanyadengan keras ke kiri dan ke kanan.. aku menjadi kasihan “Do you want me to stop maam?” “NOOOOO..please don’t … its hurt at the beginning.. tapi ennaakkhh.. AAAAAKHHHHH…” bu Eva menjerit keras ketika ku amblaskan seluruh penisku sedalam-dalamnya di liang vagina ibu guruku yang cantik itu.. beberapa saat kami terdiam … terdengar suara nafas perempuan itu tersengal-sengal dan dari suara nafas dan desahnya.. ku tahu ia tengah meringis merasakan kombinasi antara rasa perih dan nikmat.. tiba-tiba bisikannya memecah kesunyian..

”Oohhh. . it has been sooo long since last time I had this thing inside me..ohhh…” bu Eva mulai menggoyang pinggulnya naik turun sambil berputar-putar. . penisku yang juga mulai kugerakkan naik turun merasa seperti dipilin-pilin. . ohh benar-benar nikmat.. ditambah lagi dengan buah dadanya yang besar itu terasa betul nikmatnya tergencet oleh dadaku.. Tubuhku meindih tubuh sintal bu Eva yang tak berdaya terikat kaki dan tangannya di ranjang.. tanganku menyangga badanku dengan siku. Telapak tanganku kadang meremas buah dadanya, kadang mempermainkan bulu ketiaknya yang sudah basah oleh keringat itu..

kedua tubuh kami yang saling bergesekan itu terasa licin oleh keringat yang sudah bercampur dengan lendir dari vaginanya dan penisku..setiap tusukan penisku selalu diikuti oleh jeritan histerisnya. .”aahhh..aaahhh. .aahhh..” Tiba-tiba.. TUUUUUT terdengar suara telephon antar kamar yang terletak di dinding sebelah kiri piano berbunyi.. “Eva..Eva.. kamu di dalam ?” terdengan suara wanita di speaker telephone itu.. “my god !! Atika!!!!” suara bu Eva terdengar kaget seraya menghentikan goyang pinggulnya..” Eva .. are you in there?? Jawab doongg..” suara Atika kembali terdengar ..”Ayo cepat.. bukakan ikatannya.. I have to answer her.. kalo ngga dia bisa curiga.. o my god.. omy god..” bu Eva kedengaran mulai panik. “Oke hang on..” kataku tersenyum sambil melepaskan ikatan kakinya. Sementara itu penisku masih dengan tenang berbaring tegak di dalam vaginanya. Ketika kakinya terbebas, dengan refleks bu Eva merangkulkan kakinya ke pinggangku.

Aku mulai kembali memompakan penisku keluar masuk keluar masuk dengan irama yang makin cepat.. sementara tanganku melepaskan ikatan tangannya. “Eva… is everything OK?? Jawab dong.” Kembali suara Atika terdengar…Begitu kedua tangannya terlepas, aku kembali menindih tubih sintal itu dan dengan cepat mencari bibirnya yang sedikit lebar dan seksi itu.Ketika bibirku bertemu dengan bibirnyya, tanpa membuang waktu kulumat sampai habis.. dan tanpa kusangka bu Eva segera memeluk leherku dan membalas ciumanku dengan sangat ganas.. kami saling mengulum lidah.. dan goyangan pinggulkupun ku percepat.. “Mmmmphh.. mmmmmmhhhh.. mmmhhh..” jeritnya sambil terus mengulum lidahku..”Eva. . aku seperti denger suara-suara jeritan kamu di dalam sana.. are you OK or its just me..”

suara Atika mulai terdengar kawatir.. bu Eva melepaskan ciumannya dan meletakkan tangannya didadaku untuk menghentikan gerakanku seraya berkata..”please. .stop.. saya harus jawab Atika.. kalo ngga she will spoil the whole thing..” aku seperti kesetanan memegang kedua tangan perempuan itu dan ku lentangkan di tempat tidur “she can wait..” kataku sambil mempercepat hujaman penis besarku ke dalam vagina sempit dan becek guruku itu. Suara ranjang bercampur dengan kecipak vagina bu Eva dikombinasikan dengan jeritan-jeritannya sungguh membuat nafsuku naik ke kepala. Bibirku mencium dan menjilat kuping bu Eva sehingga ia menggelinjang kegelian.

“Evaa.. answer me..” suara Atika lagi-lagi terdengar

“AAAHHH.. AAAAHHH.. AAAAHHH..” bu Eva menjerit-jerit sambil tetap mengimbangi genjotan penisku. Kedua tubuh kami berguncang-guncang dengan cepat..

“Eva if you don’t answer..”

“AAAAHHH…faster. .faster… AAAAHHH…” pinggul kami bergoyang semakin cepat..

“if you don’t answer Eva..”

“OOHHHH YES.. YESSS…sebentar lagi saya mau..sebentar lagiihh..’ buah dadanya berguncang semakin cepat..

“I’ll call the police..!!”

Hening sejenak.

Kami berdua tertegun mendengar suara Atika. Goyangan pinggul kami tiba-tiba terhenti. Namun dengan cepat ku gendong tubuh bu Eva tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Kupegang kedul buah pantat bu Eva yang merangkulkan kedua kakinya di pinggangku dan kedua tanganku di bahuku.. kubopong tubuh sintal itu ke dekat telephone..”Eva…””YESSSS Atika.. I’AM ALIVE !!!” bu Eva menjawab Atika dengan nada kesal..dan nafas yang tersengal sengal.. “kok lama banget sih ?? aku kan kawatir.. soalnya aku denger ada suara kamu menjerit-jerit. .

cuma aku ngga yakin soalnya ruangan piano kan kedap suara..” sambil tetap dalam posisi menggendong , kucium buah dada bu Eva dan ku gigit putting susunya.. “NO.. NO.. auwhhh.. IT’S.. IT’s ONLY YOUR IMAGINATION. .aahhh..sss. .” “Eva are you OK? Is there somebodyelse with you ?” kusedot putting susu kirinya dan kuputar-putar pinggulku sehingga penis besarku mengocok-ngocok vaginanya “ouuhh.. cut it out will ya..” bisiknya manja di kupingku “YES, I AM OK ..TIKA.. AND I AM ALL ALONE.. AS USUAL.. GOOD NIGHT.. and have a nice sleep..AAAAHH. .” gagang telephone terjatuh ketika dengan ganas aku mulai mengangkat dan menurunkan pantat bu Eva sehingga vaginanya keluar masuk penisku. Tiba-tiba PYAAAARR.. ruangan menjadi terang benderang..

oh my god !! whats happening !! who is turning on the light ? Mataku berkunang-kunang karena tak terbiasa dengan terang.. semenit kemudian.. kulihat wajah bu Eva yang dibasahi oleh keringat tampak terpana melihat wajahku..tangannya masih memegang saklar lampu yang terletak tepat di sebelah telephone.. “Rafi.. ITS YOU ??.. oh my god … ibu ngga nyangka kalo itu kamu.. oh my godd… Rafi… YOU’RE fishING ME !!! YOUR fishING YOUR OWN TEACHER !!” “Yeaah ” jawabku sambil mempercepat naik turunnya pantat bu Eva “and you like it right ??” “OUHHH.. DAN KAMU LUAR BIASA….AAAHH. .” bu Eva melingkarkan tangannya di leherku dan mulai menciumi bibirku. Mula-mula ia mencium-cium kecil kedua bibirku, kemudian ia mulai menggigit kecil bibir bawahku. Tiba-tiba dengan ganasnya ia menguak mulutku dengan kedua bibirnya dan seketika itu juga kurasakan lidahnya sudah menjilati langit-langit mulutku dan sesekali lidahku disedot oleh mulutnya yang lebar seksi itu. Sambil mencium dan mengulum lidahku bu Eva terus menerus menjerit dan merintih seiring dengan pergerakan pinggulku.

Beberapa saat kemudian kurebahkan tubuh bu Eva kembali diatas ranjang. Kami berdua saling memandang penuh sayang sambil terengah-engah. Tubuh sintal bu Eva terlihat mengkilat oleh keringat yang bercucuran. Buah dadanya penuh dengan tanda merah bekas sedotanku. Kembali kami berciuman penuh gelora dan kasih sayang. Kaki bu Eva melingkari pinggangku dan tangannya memeluk erat leherku. Kupompakan kembali penisku dengan cepat.. “OOHH..RAFI HONEY..saya mau keluar..””Yeah. . me too bu..me too.. ohhh..” pinggulku bergerak melingkar mengikuti goyangannya. Penisku mulai terasa berdenyut-denyut. . kami kembali berciuman dengan penuh nafsu.. kurasakan otot-otot bu Eva mulai mengejang.. “OOOH..HONEY. .HONEY.. I’M COMING.. I’M OMIIINGG..EMMMMMMHH HHHHH..”

bu Eva mengangkat pinggulnya setinggi-tingginya. . tangannya memeluk leherku dengan keras.. dan mulutnya menyedot bibir dan lidahku dengan kuat.. ketika itu juga aku merasakan sesuatu yang melesat kuat dari batang penisku menuju ujungnya.. dan …”Aaaahhh..ibu. .ibu.. saya juga…aaahhh..” aku menggelepar- gelepar dan penisku memuncratkan maninya yang sangat banyak itu ke vagina bu Eva yang juga tengah mengeluarkan cairan orgasmenya.. kontraksi vaginanya terasa sangat luarbiasa memilin-milin penisku.. tubuh kami ambruk saling bertindihan dengan lemas.. tak terasa 1 jam lebih kami melakukan permainan ini.. kuangkat kepalaku dari sisi kepalanya. Kupandangi wajah cantik yang kini berwarna kemerahan karena letih.. aku tersenyum..”You are so beautiful bu..” kataku sambil mengecup keningnya.. dan ia mendekapku dengan mesra.. penuh kasih sayang.. dan .. “I love you honey..”bisiknya sambil mengecup bibirku dengan lembut.

Aku berguling ke samping dan berbaring di samping bu Eva sambil memandang langit-langit. . “bu.. menurut ibu, Atika curiga nggak?” tanyaku sambil memeluk tubuh bugil guruku..”Naah. . don’t worry about her.. saya akan cari alasan kenapa suara saya seperti sedang lari marathon waktu ngomong sama dia.. my goodness..” “so, whats your plan for tomorrow bu??” “my plan ? well .. let me see.. beli obat anti hamil.. dan.. jamu kuat.. untuk menandingi si ini nih..”katanya seraya meremas penisku dengan gemas. Remasannya itu ternyata seperti listrik bagi penisku.

Mendadak ia membesar dan berdiri tegak hingga nyaris mencapai puserku. “my god.. barangmu sudah berdiri lagi Fi.. ” bu Eva bangkit dari tidurnya memandangnya dengan takjub seraya mengelus-elus penisku yang sudah mulai berdenyut-denyut menanti ronde berikut.. “and look at him..” sambungnya dengan nada kagum “I ‘ve never seen such a real big thing like this.. saya ngga percaya barusan benda ini ada di dalam vagina saya..” “ready for the second round bu ?” tanyaku sambil mulai menggerayangi buah dadanya.. “no honey.. this is too shocking for me..

I am a little bit tired.. lets save it for tomorrow okey ? and one more thing.. please call me mbak Eva, will ya..” aku tersenyum lebar “sounds more sexy to me…” dan kamipun berciuman dengan mesra sekali. END


READMORE
 

Selingkuh Karena Tak Puas Dengan Suami, Hingga Hamil dan Melahirkan




Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku sangat bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka, apalagi karena bayi pertamaku ini adalah laki-laki yang punya arti penting dalam tradisi chinese. Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses melahirkan yang panjang, aku bersyukur bisa tetap melahirkan dengan proses alami. Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan nyawa melahirkannya ke dunia.
Memang betul, anak yang baru saja kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi dari benih mas Yanto, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis suamiku dan sudah berkeluarga.
Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan. Tapi ketakutanku ternyata tidak beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto dari pada Koko. Aku berharap akan bertemu mas Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja.
Dalam kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi katanya. Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah mas Yanto masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Yanto lagi.
Namaku Syeni, usiaku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku masih serumah dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu tahunan dengan Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku “terlambat kawin”.
Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai melewati bahu. Walaupun badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga tidak bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan lemak pada tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok mereka.
Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam artian aku selalu tidur dengan pacar-pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja. Malahan dari lima orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang merenggut keperjakaan mereka.
Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus keluar sumbangan.
Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan.
Dari setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah membuatku hamil. Nafsu berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku. Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar cowokku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan pertama saja yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan.
Aku kenal dengan mas Yanto karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Yanto, bukan perasaan buruk malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah tertarik pada pria pribumi.
Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan asam garam kehidupan.
Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto.
Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas Yanto di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku nekat ingin lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi. Ternyata mas Yanto sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain
Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri. Tapi lama kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Yanto, tentu saja awalnya hanya untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas Yanto begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi.
Seperti keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Yanto yang mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku. Tapi karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang satu ini.
Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran masing-masing. Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami menambah beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos orang lain.
Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme setelah disetubuhi koko, aku minta mas Yanto untuk memuaskanku sampai orgasme melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas Yanto bilang “aku remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan membayangkan mas Yanto yang melakukannya. Biasanya hanya sampai mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa orgasme.
Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Yanto dan benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia. Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu mengajarkanku untuk memanfaatkan webcam dari netbookku sehingga sekarang kami bisa saling melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku sering tampil di depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim, bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2.
Bercumbu di dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya keinginan yang sama. Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan yang pertama harus penuh kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini membuatku hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja.
Tapi akhirnya kesempatan itu datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan saat memasuki masa suburku.
Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko. Kami akan menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan. Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan yang sama.
Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke business lounge seperti yang diminta mas Yanto karena dia sudah menunggu di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi akhirnya mas Yanto berhasil mencairkan suasana dengan gurauan-gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi.
Akhirnya waktu untuk boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Yanto tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti juga kemauan mas Yanto yang menungguku melepas celana dalamku di luar pintu toilet dengan senyuman nakal.
Entah bagaimana caranya mas Yanto bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi saja. Aku kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil selimut yang tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak terbiasa berjalan dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas Yanto sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan Kokoku yang selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat.
Di dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Yanto yang membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah pesawat take-off tangan mas Yanto mulai masuk kebalik selimut yang menutup pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku membuka celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal tangan mas Yanto baru memijat-mijat pahaku saja.
“Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal pahaku.
Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas Yanto ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku.
“Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan lagi kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar lubang senggamaku saja.
CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto sudah masuk ke dalam liang senggamaku
Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar masuk liang senggamaku di balik selimut.
“A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Yanto yang dari tadi sudah aku peluk.
“Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Yanto masih sempat menariknya kembali.
“Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …” Kataku sambil membantu mas Yanto membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak tangannya.
Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena cemburu ketika seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto hanya menanggapinya dengan senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik selimut yang menutupiku.
Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Yanto, kata beberapa temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda.
Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Yanto apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Yanto menjawab bahwa dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah dibiasakan oleh Kokoku.
Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang berlibur.
Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas Yanto juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu sama lain selama di Singapore.
Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi.
Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi
Ternyata mas Yanto yang ada di luar pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku secepat ini.
Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku.
“Kok lama sekali datangnya …. ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi belum sempat ganti baju.
“Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng.
Rupanya mas Yanto berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui.
“Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu.
Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto kembali memelukku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah telanjang. Mas Yanto langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang dipakainya dan kemudian celana dalamnya.
“Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Yanto yang sudah mengacung ke arahku.
Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis Yanto yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan gairah berahiku dengan seketika.
“Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto keheranan.
“Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini” Jawabku kagok
“Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?” Canda mas Yanto
“Mau cicipin sekarang ?”
“Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas Yanto, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele yang besar yang berontak ingin lepas.
“Masukkin langsung aja masss …. Aku udah ga tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam bahasa sunda jalanan untuk bersetubuh.
Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua lututnya penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari lubang senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku pegang dengan jari-jariku untuk membantunya mencapai liang senggamaku. Terus terang aku belum pernah bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi dengan Kokoku.
“Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk kedalam liang senggamaku, mas Yanto tidak langsung memasukkan seluruh batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin mengenali situasinya dulu.
BLESSSSSSSS ……
Pelan-pelan batang penis mas Yanto masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu.
“Adddddaaaawwwwwwww …..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan.
Sambil tangannya menyangga kedua pantatku, mas Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya.
Mas Yanto mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis sebagai pasaknya. Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar dan membasahi bulu kemaluan kami berdua.
“Ahhh ….ahhhh …hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam.
Pakaian bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu.
“Aduuuhhhh massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt” aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba.
Kaki dan tanganku langsung menjepit tubuh mas Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku dari penis orang pribumi pertamaku.
Setelah klimaks orgasmenya berlalu, aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas Yanto menghentikan pompaannya, kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku.
“Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh nikmat saat penis mas Yanto terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur.
Dengan telaten mas Yanto melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto masih tegak melengkung ke atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya.
Kakiku direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku.
BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya.
“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri tadi.
Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat untuk mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan berarti kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto memang sangat telaten mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif apabila disentuh dengan penisnya.
“Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh ….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Yanto untuk mengerti kebutuhanku.
Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi …
CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto.
“Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat
Mas Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga. Dalam posisi ini tanpa ampun mas Yanto memompakan penisnya dengan sangat cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya. Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Yanto, akhirnya aku meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai pengalihannya.
“Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …” Akhirnya aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang melenting-lenting di ranjang.
CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek dari vaginaku semakin keras terdengar
“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Aku melolong kenikmatan saat aku kembali mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja.
Pompaan penis mas Yanto makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih tubuhku.
“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Yanto sambil mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar lhooo…”
“Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya.
“Mas mau minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan agar mas Yanto bisa ejakulasi.
Mas Yanto minta kami merubah posisi dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga meninggalkan noda yang cukup lebar.
“Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat payudaraku dicium dan diremas oleh mas Yanto.
Dengan lahap putting payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak tangan mas Yanto yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai setengah bagiannya.
Sambil menikmati permainan mas Yanto pada payudaraku dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan pinggulku untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang seggamaku.
“Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku sendiri.
Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas Yanto dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat.
“AAAAHHHH ….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang disumpal mas Yanto dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu” tamu-tamu lain.
Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku sekarang adalah naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan putingnya atau mempermainkan kelentiku.
“Mass…enak mashhh…. Kontolnya enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh”
Aku meracau dengan pilihan kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi. Maklum sebagai orang yang berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering kali kasar.
“Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..”
Gelombang orgasme terasa mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku.
“Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..”
Teriakku dengan tubuh mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat.
“Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Yanto sambil menahan pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat penisnya tertancap dalam-dalam.
“Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya masshhh ….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus bagi kenikmatan sebelumnya.
SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT ….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt
Lima semprotan air mani yang kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil sesudahnya.
Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku.
Setelah berahiku mulai reda badanku ambruk di atas tubuh mas Yanto yang segera memelukku dengan mesranya. Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian menciumi aku dengan hangat.
“Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku dengan suara yang mesra.
“Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati ijutannya bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur.
“Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku sambil tersenyum manis.
“Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk berjaga-jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat sesuatu setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi.
“Ga usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya.
Mas Yanto kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta”
“Tapi saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “ Lanjut mas Yanto
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad untuk punya anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak subur oleh keluarga kokoku.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah saat mas Yanto melepas penisnya yang mulai lunak kembali.
Dia kemudian mengambil handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di ranjang dengan tetap bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk “lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan.
Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan favorit mas Yanto selain kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku hanya bisa mengiyakan dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku jadi berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah terhadapku. Mas Yanto ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan kandungannya lagi.
Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras. Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis cowok-cowokku memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan kepala penis mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya.
Aku coba kulum penis mas Yanto sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan. Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas Yanto sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku.
Mas Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu. Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok yang meniduriku. Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau tidak.
Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam medical recordku. Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku bercinta selama menjalankan pengobatan.
Beberapa teknik bercinta kilat juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melihat situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto yakin bahwa setelah kembali ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas. Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering kami lakukan dan mas Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai orgasme sedikitnya satu kali.
Sesaat setelah mendarat di bandara Cengkareng, mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang dengan menumpang travel yang berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa efektif terapi yang aku jalani.
Akhirnya memang aku hamil dan naluriku meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto bukan suamiku. Aku dan mas Yanto masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia. Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain … mitra bisnis suamiku sendiri.



READMORE